OKE Inseminasi
Buatan untuk Pengembangan Ayam Kampung
Problema utama dalam pengembangan ayam kampung
sebagai salah satu plasma nutfah Indonesia, ialah kelangkaan bibit (DOC) yang
berkualitas dan dalam jumlah yang dibutuhkan setiap saat. Prof. Ismaya, MSc, Ph
D, Kepala Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi Fapet UGM mengatakan sudah
saatnya pemerintah peduli dengan kondisi ternak lokal Indonesia yang kian
memprihatinkan. Penyelamatan ternak lokal, bahkan satwa liar bisa terbantu
dengan adanya teknologi kawin suntik.
Dalam pembibitan ayam kampung, teknologi
inseminasi buatan (IB) atau istilah kerennya “Artificial Insemination”
yang dikenal juga dengan istilah “kawin suntik”, adalah pilihan yang sangat tepat mengingat
beberapa keuntungan yang diperoleh para peternak pembibit (breeder), antara
lain penggunaan pejantan lebih sedikit yang berarti penghematan sapronak alias
biaya, memungkinkan dilakukannya seleksi & persilangan antar induk yang
memiliki mutu genetik unggul sehingga dapat diperoleh DOC Komersial Prima untuk
tujuan tertentu (telur / daging).
Masalah pada perkawinan alami
Dalam usaha yang diarahkan untuk memproduksi
ayam kampung pedaging komersial dalam jumlah banyak, seragam dalam waktu yang
relatif singkat, maka teknologi inseminasi buatan yang dipadukan dengan
pemeliharaan sistem baterai menjadi solusinya, dibandingkan dengan kawin alami
dan sistem koloni (postal) di mana perkawinan tergantung aktivitas pejantan
yang bersangkutan, sulit mengetahui mana pejantan/induk betina berkualitas,
penyebaran penyakit oleh pejantan lebih mudah, jantan cacat masih dimanfaatkan
dan asupan pakan induk menjadi berkurang karena dikonsumsi pejantan secara
berlebih, yang dampaknya produksi telur yang dihasilkan rendah, fertilitas
telur rendah, di samping sulit mengisolasi induk yang masih memiliki kebiasaan
mengeram dan kurang produktif.
Dengan sistem kandang baterai, kualitas sperma
pejantan akan lebih baik karena nutrisi pakan pejantan terperhatikan, di
samping mampu mengeliminir persaingan antara pejantan dalam memperebutkan pakan
dan pasangan betinanya. Fertilitas telur pada kawin suntik lebih tinggi dari
kawin alami.
Pelaksanaan kawin suntik pada ayam
Ir. Bambang Krista & Ir. Bagus Harianto
(2010), perintis pembibit ayam kampung yang sudah lama malang melintang dan
berpengalaman mengenai kawin suntik, mengemukakan beberapa tahap yang harus
dipersiapkan dan dikerjakan pada kawin suntik, antara lain:
1.
1. Memilih induk berkualitas
-
Berasal dari ayam kampung yang berproduksi telur tinggi.
-
Umur minimum 8 bulan (≥ 30 minggu), karena kualitas telur sudah maksimal dalam
arti fertilitasnya sudah tinggi dan produktivitas telur sudah stabil.
Fertilitas pada umur 32 minggu sampai 50 minggu di atas 90%.
-
Ayam induk tidak cacat, segar dan lincah.
1.
2. Memilih pejantan berkualitas
- Postur tubuh tinggi besar, kaki kuat, sehat,
tidak cacat dan lincah.
-
Umur minimal 1 tahun (Masa produktif pejantan memproduksi sperma umur 1 s/d 3
tahun.
3. Perawatan Induk Betina
-
Komposisi pakan induk betina harus cukup nutrisi, bisa dipakai campuran 30%
konsentrat pabrikan, 30% gagung giling dan 40% dedak halus.
Pemberian pakan dewasa cukup 80 gram/ekor/hari.
-
Berikan air minum yang bersih dan cukup.
-
Ciptakan situasi dan kondisi tenang di sekitar farm, karena ayam kampung peka
terhadap suasana gaduh dan mudah stress.
4. Perawatan pejantan
-
Komposisi pakan pejantan sama dengan induk betina.
-
Pemberian pakan pejantan dewasa 110 gram/ekor/hari, diperlukan untuk
memproduksi sperma.
-
Berikan hijauan untuk penambah stamina berupa irisan daun papaya, tauge yang
dicampur merata waktu pemberian pakan. Juga berikan 1 butir telur mentah
+ ½ sendok madu tiap minggu, yang diberikan pada saat pemberian pakan.
-
Selama 15 – 20 hari elus dari pangkal leher atas sampai pangkal ekor tiap hari
secara perlahan-lahan untuk melancarkan pejantan mengeluarkan spermanya.
5. Persiapan peralatan
kawin suntik
Hal-hal yang perlu disediakan, antara lain:
-
Garam Fisiologis (NaCl 5% Fisiologis) sebagai pengencer sperma.
-
Tabung plasma darah steril ukuran 2 ml sebagai pencampur sperma dan NaCl.
-
Syringe Spuit steril 1 ml untuk memasukan sperma ke vagina betina.
-
Syringe Spuit steril 2 – 3 ml untuk mengencerkan sperma.
-
Tissue Gulung.
-
1 (satu) buah Thermos
Es.
-
Alkohol 70%, untuk mensterIl spuit.
6. Proses Kawin Suntik
Tahap pelaksanaan kawin suntik, sebagai
berikut:
-
Bersihkan dan sterilkan dengan alcohol 70% spuit yang akan dipakai.
-
Bersihkan dengan
menggunakan tisue kloaka pejantan agar sperma yang keluar tidak tercampur
kotoran ayam.
-
Elus-elus pangkal leher sampai ekor, untuk merangsang pejantan mengeluarkan
spermanya. Tampung sperma pada tabung plasma darah steril yang tersdia.
-
Campur sperma dengan NaCl 5% Fisiologis dengan perbandingan 1 : 10 hingga
merata. (Biasanya diperoleh 2 ml sperma / ekor pejantan dan ini bisa digunakan
untuk membuahi 25 ekor induk betina.
-
Ambil 1 ml campuran larutan sperma dan NaCl dengan Syringe Spuit, masukkan ke
vagina induk betina via kloaka.
-
Lakukan kawin suntik 3 hari berturut-turut, hari ke-4 diharapkan telur sudah
fertil. Selanjutnya kawin suntik dilakukan 2 kali / minggu.
-
Waktu pelaksanaan kawin suntik, pada sore hari karena waktu peneluran pagi hari
sudah berlalu sehingga pemasukan sperma tidak terhalang telur yang akan keluar.
7. Yang harus
diperhatikan pada kawin suntik
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada
kawin suntik ayam kampung, antara lain :
a) Induk betina
dan pejantan harus dalam kondisi sehat.
b) Semua peralatan
dalam keadaan steril.
c) Petugas
pelaksana harus sehat, sudah terlatih, disiplin dan mampu bekerja cepat.
d) Jadwal kawin suntik
sudah ditetapkan dan jangan berubah-ubah.
e) Sediakan
masker, sarung tangan, verpaak, sepatu boath dan topi khusus untuk petugas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar